Masalah Lingkungan belum Menjadi Perhatian Khusus setiap Saat
Oleh Kang Tisna
Ketua AMPIBI Garut
NEWSLETTERJABAR.COM-- Tanggal 20 September 2022 BMKG telah merilis informasi peringatan dini cuaca ekstrim untuk tanggal 21 September 2022 termasuk wilayah Jawa Barat. Tentu Jabar adalah wilayah yang luas, saat prediksi cuaca ini dirilis memang masih belum jelas apabila memang benar terjadinya di wilayah Jabar pun, di wilayah Kab/Kota mana saja?
Dan ternyata, kejadiannya di beberapa lokasi di Garut, satu hari setelah tanggal peringatan dikeluarkan BMKG.
Itulah sebabnya setiap waktu BMKG memutakhirkan informasi peringatan dini cuaca ekstrim sesuai kondisi dinamis atmosfer dari data-data pantauan/pengamatan (observasi), baik instrumen penginderaan jauh (radar cuaca, satelit cuaca) maupun instrumen permukaan bumi (alat penakar curah hujan manual maupun otomatis).
Dalam satu hari saja BMKG merilis informasi peringatan dini cuaca ekstrim bisa lebih dari 10 kali, karena dinamika cuaca yang terus berlangsung.
Maka betapa pentingnya ada grup Tangara dan grup Siaga Warga atau grup Forum PRB yang para wargi peserta grupnya aktif menyampaikan informasi cuaca dari para sumber mitra relawan informan hulu sungai.
Kita pun hanya menunaikan kewajiban ikhtiar saja dalam mengenali risiko, kerentanan dan ancaman bencana hidrometeorologi basah setiap musim hujan yang barokah.
Kepedulian kita terhadap kondisi cuaca, --selain selalu mensyukuri turunnya hujan dan kondisi cuaca yang bagus, adalah salah satu bentuk kesiapsiagaan kita terhadap kerentanan dan ancaman bencana hidrometeorologi basah yang ada di wilayah kita. Agar risikonya dapat kita kurangi, dengan kepedulian. Sebab kepedulian adalah kapasitas kita, meski pada akhirnya kita berserah diri pada ketentuan-Nya setelah ikhtiar yang maksimal.
Dalih adanya sekat wilayah pengelolaan sudah selayaknya dikesampingkan, kejadian yang berulang setiap tahun dalam spektrum yang bervariasi dan multilokasi merupakan indikasi adanya kesalahan tata kelola dan pembiaran konversi lahan hutan dan perkebunan (Perhutani, PTPN & Agro Jabar) oleh masyarakat maupun lembaga-lembaga yang mengatasnamakan masyarakat.
Terkait itu, Pemerintah Daerah Garut ini memang lucu.
1. Dalam hal ajuan Gunung Cikuray jadi Taman Nasional.
Ada suara yang secara swadaya datang dari masyarakat Garut yang menginginkan kawasannya ditetapkan jadi kawasan konservasi agar lebih kuat secara formal kelestariannya; ini malah dicuekkin.
2. Dalam hal Gunung Guntur sebagai bagian dari CA Kamojang.
Sebaliknya pada kawasan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan tertinggi konservasi, yang harus terjaga, malah dengan semangat inisiatif ngajuin penurunan dari CA ke TWA demi WISATA, semangatnya minta ampun, tak tertahan, bahkan langsung menyurati kementerian LHK.
Sudah saatnya membatasi secara tegas konversi lahan, melakukan zonasi menata kawasan, melakukan edukasi, melembagakan pemberdayaan masyarakat, menguatkan ekonomi dan melakukan penegakan hukum, jangan menunggu banjir bandang yang ke sekian kalinya. Rencana Tata Ruang Wilayah berbasis mitigasi bencana segera dioperasionalkan dan diimplementasikan bukan hanya sebatas dokumen normatif.
Tetap menjaga kelestarian hutan di hulu sungai demi kehidupan dan penghidupan manusia adalah perbuatan mulia, sedekah abadi sepanjang masa.
Masalah lingkungan belum menjadi perhatian khusus dalam setiap waktu. Jika terjadi bencana alam, barulah semua pihak terhenyak dan melakukan pembahasan lingkungan dimana-mana. Untuk kemudian tak lama setelah itu, masalah lingkungan terlupakan untuk diingat lagi jika terjadi bencana. (*)
Komentar
Posting Komentar