Hakikat Agama

 


Oleh  Idat Mustari*)


NEWSLETTERJABAR.COM-- 

" _Maka hadapkanlah wajahmu untuk agama ini (Islam) sesuai dengan kecenderungan alami menurut fitrah Allah yang Dia telah ciptakan manusia atasnya (agama). Itulah Agama yang lurus, namun sebagian besar_ _manusia tidak mengetahui_ ." (QS al-Ruum [30]: 30).


Kadang kita tidak sadar bahwa nilai-nilai keagamaan begitu penting dalam hidup ini. Keseimbangan dan kesentosaan hidup akan tercipta tatkala setiap manusia menjalankan nilai-nilai keagamaan dalam kesehariannya secara konsisten.


Akan tetapi, realitas hidup membuktikan masih banyak di antara kita yang menjadikan agama (hanya) sebagai symbol. Apabila setiap manusia berpegang teguh pada suara hatinya yang bersih (nurani), dia akan menyuarakan kebenaran dan kesucian, karena hal itu merupakan fitrah Allah. 


Agama -- dalam konteks etika dan moral -- posisinya sama dengan asal muasal suara kebenaran dan kesucian.Ketika seseorang tetap memegang teguhnya, maka dia akan mengejawantahkan perilaku yang baik, mulia, agung, dan luhung. Dalam Islam, inilah yang disebut dengan akhlak karimah.


Prof Nurcholis Madjid dalam "Masyarakat Religius" (2010: 90), mengatakan, agama bukanlah sekadar tindakan ritual seperti shalat dan berdoa semata. Lebih jauh dari itu, agama merupakan keseluruhan perilaku umat manusia yang dilakukan demi memperoleh ridha Tuhan, di mana perilaku tersebut membentuk keutuhan dirinya sebagai makhluk berbudi luhur (akhlak karimah).


Agama yang menghasilkan nilai, etika, dan moralitas, sangat berperan dalam membentuk karakter diri seseorang. Karena itu, di tengah karut-marut kondisi yang menimpa bangsa ini, sesungguhnya kita sangat memerlukan kehadiran pemimpin yang berkarakter alias berbudi luhur.


Kita juga memerlukan cerdik cendikia, pengusaha, legislator, birokrat, aparat, dan tokoh masyarakat yang berbudi luhur. Mereka menjadikan nilai Agama sebagai sumber suara kebenaran yang diimplementasikan secara praksis ke dalam wujud integritas diri, kejujuran, keberanian, kesadaran moral dan konsistensi memperjuangkan keadilan.


Dalam bahasa psikologi, perilaku baik erat kaitannya dengan "empati", yakni merasakan apa yang dirasakan orang lain. Wujud nya adalah memperlakukan orang lain dengan baik. " _You have to treat others, as you want to treated by orthers"_ 


Wallahu a'lam. (*)


*)Pemerhati Sosial, Agama dan Advokat

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nasib Pilkada Garut 2024 dalam Situasi Integritas KPUD Dipertanyakan Publik

Relawan Kujang Dewa Ucapkan Selamat dan Sukses, Dedi-Erwan Memimpin Jawa Barat

PKL Juara dan Gabungan Ormas se-Kota Bandung Satu Tekad, Bergema Dukung Dandan-Arif