Salah Menyimpulkan
NEWSLETTERJABAR.COM-- Berita, cuitan, penggalan peristiwa datang silih berganti ke gadget, meskipun tak jelas kesahihannya. Begitupun karena kurang tabayyun, kita pun jadi orang tuturut munding (ikut-ikutan), asal coment karena ingin dianggap termasuk orang kritis oleh anggota group lainnya.
Kadang pula karena informasi yang didapatkan sedikit, kita bisa membuat kesimpulan yang salah atau tidak tepat. Kesimpulan itu jadi salah karena terlalu tergesa-gesa menyimak suatu informasi hingga tuntas; informasi sepotong-sepotong yang bisa saja menimbulkan salah paham atau salah persepsi.
Begitupun kesimpulan jadi salah bisa juga karena logika berpikir yang tidak tepat.
Maka kita pun kemudian belajar ilmu logika (ilmu berpikir), yang
di kalangan para santri disebut ilmu manthiq.
Ibn Sina berkata:
“Yang dimaksud dengan ilmu logika (manthiq) adalah alat yang berisikan kaidah-kaidah untuk menjaga manusia dari ketergelinciran dalam berfikir”.
Kaidah-kaidah logika merupakan aturan-aturan berfikir yang terpatri dalam hati manusia untuk menjaga dari kesalahan dalam menyimpulkan sesuatu (istidlal).
Thales (642-548 SM) mengatakan, air sebagai sumber kehidupan.
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan
Air adalah jiwa hewan
Air adalah jiwa manusia
Air adalah uap
Air adalah Es
Jadi Air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti air adalah alam semesta. Cara menyimpulkan seperti ini disebut logika induktif.
Menarik-membuat kesimpulan yang baik pun dipelajari dalam ilmu logika hukum.
Biasanya orang yang melakukan kejahatan pasti dihukum. Pernyataan ini benar apabila terbukti benar. Sedangkan dalam hukum, tidak selalu orang yang perbuatannya memenuhi unsur tindak pidana dapat dijatuhi hukuman.
Dalam hukum dikenal dengan alasan pembenar dan alasan pemaaf; mungkin juga ada upaya membela diri maupun situasi dan kondisi yang terpaksa harus berbuat “demikian”.
Kemungkinan lain perbuatan tersebut bukan merupakan perbuatan pidana, melainkan perbuatan hukum perdata.
Premis mayor kemungkinan benar, pengujian terhadap premis minor yang harus sangat hati hati, karena berpengaruh pada konklusi atau kesimpulan.
Ada kisah 'salah menarik kesimpulan' yang menimpa sebuah kelas anak-anak Sekolah Dasar.
Pangajaran di Sakola
Guru : Urang kudu sakola teh ambeh naon, Ogir?
Ogir : Ambeh pinter Pa.
Guru : Lamun pinter pasti naon, Otoy?
Otoy : Pasti beunghar, Pa.
Guru : Lamun Beunghar pasti naon Tama?
Tama : Pasti sombong Pa.
Guru : Lamun jalma sombong pasti naon, Omod?
Omod : Pasti asup naraka Pa.
Guru : Kusabab kitu urang ulah naon, Udin?
Udin : Ulah sakola Pa, bisi asup naraka.
Guru : Udiiinnn.....!!!!! Ka hareup.. Nangtung di juru !!!
🙏🙏🙏😊😊 (*)
*) Pemerhati Sosial,Agama dan Hukum
Komentar
Posting Komentar