Islam dan Materialisme
Oleh Idat Mustari*)
NEWSLETTWRJABAR.COM-- Ketika manusia hanya terikat pada hal-hal yang bersifat duniawi maka manusia akan menjadikan kehidupan di dunia ini sebagai lahan pemenuhan nafsu syahwat, kelaliman dan egoisme. Mereka akan menghambakan dirinya pada dunia. Saat manusia jadi hamba dunia maka manusia tak akan jadi manusia sempurna yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani, melainkan jadi seperti binatang. Inilah yang dianut oleh paham materialisme.
Islam pun bukan paham sekuralisme yang memisahkan antara amal dunia dan amal akhirat. Islam menjadikan amal dunia sebagai ibadah ketika dibarengi oleh niat yang tulus dan tujuan mulia. Tujuan yang mulia itu adalah ketika visi manusia tidak sekedar disini tapi untuk disana di keabadian.
Islam tidak menghendaki orang sukses di dunia tapi gagal di akherat.
Islam menjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmani dan rohani, tuntutan-tuntutan dunia dan akherat, sebagaimana termaktub dalam Al-Quran : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas : 77)
Bagi Islam manusia bukan saja sebagai mahluk bumi yang terikat ke tanah tetapi juga ia mahluk langit. Bahwa apa yang dilakukannya disini (dunia) akan diminta pertanggungjawabannya disana (akherat). Andaikan tidak ada kehidupan akherat, sungguh hidup ini sangat tak bermakna. Sebab tak ada makna bagi orang yang berbuat kebaikan atau jahat, antara yang zalim dan dizalimi, antara peninads dan yang ditindas, dan yang di dunia mengalami ketidak adilan hingga kematiannya.
Keyakinan bahwa Allah tak sekedar mencipta manusia lalu membiarkannya berbuat aniaya terhadap sesamanya, tetapi juga menyelenggarkan Sidang Pengadilan yang paling Adil yang tak akan ditemukan di dunia. Sehingga hidup di dunia harus jadi penyebab dirinya menjadi orang yang selamat di akherat.
Islam tidak menghendaki manusia menghabiskan usianya yang hanya beberapa puluh tahun dengan cara hidup seperti binatang. Dan peradaban manusia saat ini sedang terjadi adalah seolah-olah dirinya akan hidup selama-lamanya tapi melupakan bahwa dirinya akan mati besok. Hingga ia mengorbankan sesuatu yang paling berharga yakni memperoleh surga hanya untuk menikmati kesenangan dunia yang sesaat.
*)Pemerhati Sosial, Agama dan Hukum
Komentar
Posting Komentar