Kerendahan Hati


Oleh Idat Mustari*)


NEWSLETTER-JABAR.COM-- Satu saat dalam sebuah reunian SMA ada salah seorang membawa kendaraan bagus, hargannya ratusan juta, kemudian salah seorang dari mereka bertanya kepadanya:

  "Naik apa kesini?’’ 


“Ah, saya naik angkot saja,”
Jawab dia.


Padahal semua orang tahu kalau dia itu naik mobil yang mahal harganya.


Maka orang itu bukan rendah hati melainkan kesombongan yang dibungkus oleh kata-kata merendah diri. Alias merendah untuk meninggi.


Rendah hati bukan merendah-rendahkan diri tapi menyembunyikan kesombongannya.


Rendah hati bukan tersirat dari kata-kata yang terucap melainkan dari hati yang merendah.
Hati yang merendah adalah hati yang bening dari kesombongan dan keangkuhan.


Orang yang rendah hati adalah orang yang tahu bahwa dirinya mampu dan tahu bahwa dirinya tidak mampu.


Orang rendah hati adalah orang yang tahu diri.
Tahu diri atas keterbatasan dalam dirinya.


Maka ia akan senang menghargai pendapat orang lain meskipun yang menyampaikan hanya seorang pengembala.


Karena tahu diri maka ia akan terus belajar mengasah diri di universitas kehidupan agar lulus menjadi insan sempurna paripurna, yang mampu menemukan kesejatian diri.


Orang yang rendah hati adalah orang yang mampu menyadari kesalahan dirinya hingga mudah meminta maaf.
Ia mampu mengontrol dirinya untuk tidak ego hanya ingin menang sendiri.
Ia mampu jujur mengakui kelebihan orang lain yang tidak ada dalam dirinya.
Ia tak akan mencampuri urusan yang ia tidak pahami.


Orang yang rendah hati, hatinya mengarah ke bumi, yang berarti santun, layaknya bumi memberikan ruang bagi siapapun untuk berpijak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan.


Rendah hati bukan rendah diri, atau berpura-pura rendah hati.
Rendah hati datangnya dari hati yang jernih dan ketulusan.
Rendah hati bukanlah sedang menunjukan kelemahan diri melainkan mampu menunjukan dirinya untuk berada di posisi sesuai dengan kemampuan dirinya.


Seperti terurai dalam puisi  Kerendahan Hati karya Taufik Ismail.


Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau


Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadi saja rumput, tetapi rumput
yang memperkuat tanggul pinggiran jalan.


Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air


Tidaklah semua menjadi kapten
tentu ada awak kapalnya.


Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri (*)


*)Pemerhati Sosial, Agama dan Advokat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koperasi MBSB Buka Kantor Cabang Perwakilan di Pangatikan dan Cibatu

Ahmad Bajuri : Koperasi MBSB Siap Bantu Pemasaran dan Promosi Pelaku UMKM Garut

Relawan SIAP NDan Ucapkan Selamat dan Sukses Atas Ditunjuknya Dandan Maju Calon Walikota Bandung