Beragama Butuh Akal
Oleh Idat Mustari*
NEWSLETTERJABAR.COM-- Prihatin !! satu kata yang keluar dari mulut ini, ketika menonton berita tentang tewasnya 11 orang saat melakukan ritual di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember pada Minggu (13/2).
Terbayang bagaimana kesedihan keluarga yang ditingggalkan.
Menurut salah satu pengikut yang selamat menceritakan dalam ritualnya membaca shalawat, zikir yang katanya sebagai cara menenangkan diri, dan menghilangkan segala kesulitan yang sedang menimpanya. Dan bagi 11 orang yang tewas itu terbukti nyata karena mereka benar-benar sudah hilang dari segala kesulitannya, keputusasaannya untuk selama-lamanya.
Peristiwa ini sejatinya tak perlu terjadi jika saja para peserta ritual memahami agama dengan akal sehatnya. Beragama itu butuh kecerdasan bukan sekedar ikut-ikutan, atau cerita dari orang-orang tentang kehebatan sang pemimpin atau guru spiritual atau tersihir oleh penampilan sang guru spiritual yang memakai sorban, jubah padahal hanya seorang MC dangdutan.
Tidak salah jika membaca shalawat, zikir karena berharap memperoleh fadhilah. Tapi jika harus dilakukan di bibir pantai menantang terjangan ombak tentu sebuah kebodohan. Jika saja mereka mau menggunakan akal sehatnya pasti mereka tak akan pernah melakukan ritual seperti itu. Sebab melakukan ritual seperti itu sama saja dengan menantang maut. Lagian membaca shalawat, berzikir di di bibir pantai, di waktu malam tidak lebih utama dilakukan di masjid dan waktu sepertiga malam (tahajud).
Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana diriwayatkan at-Tirmidzi, "Tidak ada makhluk yang diciptakan Allah yang lebih mulia daripada akal." Di kesempatan lain Nabi SAW berpesan, "Apabila manusia mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berbagai macam kebaikan, maka hendaknya engkau mendekatkan dirimu kepada-Nya dengan akalmu."
Akal yang sehat dapat menjadi alat untuk beragama dengan baik dan benar.Dengan akal yang sehat seorang insan dapat membedakan antara yang baik dan buruk, bahaya dan tidak, untung dan rugi untuk kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Beragama itu bukan hanya membaca Alquran, shalawat, zikir membaca tahmid, tasbih dan tahlil, atau shalat tanpa akal. Sebab tanpa akal yang sehat maka agama tak jadi penyelamat bagi kehidupan di dunia dan atau akherat.Itulah kemudian ada hadis yang berbunyi “Agama adalah akal.”
Wallahu’alam.
*Pemerhati Sosial,Agama dan advokat
Komentar
Posting Komentar