Manusia Makhluk Sempurna
Sekretaris Dewan Pembina LSM GMBI
NEWSLETTERJABAR.COM-- Manusia adalah mahluk yang Allah SWT ciptakan paling sempurna dibandingkan dengan mahluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Meskipun asal usul manusia berasal dari satu nenek moyang Adam dan Hawa, tetapi kemudian keberadaanya di muka bumi beraneka ragam suku, warna, kulit hingga agama.
Itu semua adalah kenniscayaan di muka bumi. Perbedaan suku, bangsam agama bukan kehendak manusia, melainkan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai pencipta manusia dan seluruh kehiupan yang ada di muka bumi.
Kalau saja Allah mau menjadikan manusia itu hanya satu suku, satu agama, satu bahasa bisa saja tapi Dia (Allah) tak menghendakinya.
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanm satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. An-Nahl : 93).
Allah SWT menciptakan manusia dalam keberanekaragaman suku,bangsa, bahasa, agama tentu tidak dengan maksud agar saling menghakimi, saling memusuhi melainkan saling mengenal. Dalam Alquran surat Al-Hujurat ayat 13, Allah SWT berfirman: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Tentu bukan sekedar kenal tapi saling memahami—menghargai. Memahami bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang harus diterima oleh seluruh manusia. Menghargai siapapun dia, suku apapun, bangsa apapun, bahkan agama harus dihargai sebagai manusia ciptaan Allah SWT. Perbedaan suku, keturunan, bangsa, bahkan agama bukan halangan untuk saling tolong menolong sebagai sesama mahluk Tuhan Yang Maha Kuasa. Atau yang dalam bahasa Islam dikenal dengan kalimat “Ukhuwah Insaniyah” (persaudaraan antar sesama manusia).
Menghina, menistakan, merendahkan derajat manusia sebagai mahluk Tuhan adalah perbuatan dosa dalam ajaran agama apapun. Saling memuliakan, saling menghargai adalah sebuah kebaikan. Dan ini hanya ada di alam manusia.
Sebaliknya saling merendahkan, membunuh manusia adalah sebuah kejahatan. Dan ini hanya ada di alam binatang. Jangankan membunuh, memanggil orang dengan sebutan, gelar, atau menyamakan orang dengan binatang adalah sangat dilarang dalam ajaran Islam. Allah Swt. dalam Qs. Al-Hujurat [49]:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Namun sayang masih ada orang-orang yang karena perbedaan pilihan dalam Pemilu (Pilpres,Pilkada) lupa dengan peringatan Allah tersebut.
Saling caci maki, saling hina bertaburan di media sosial hanya karena beda pilihan. Bahkan sekarang ini masih ada orang yang dengan arogan menghina, merendahkan, menyamakan orang dengan binatang hanya karena perbedaan pendapat.
Memang kepastian hukuman Allah kepada manusia yang suka menghina, menistakan orang adanya kelak di alam kebangkitan (alam Ghaib) hingga sepertinya perbuatan itu biasa-biasa saja dan dilanggarnya.
Untung saja di Negeri Mayoritas penduduknya Islam ini ada aturan, hukum yang bisa menjerat siapapun yang melakukan penghinaan, penistaan, rasisme dan penyebaran ujaran kebencian. Baik yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (‘UUITE’) maupun Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP’).
Penegakan hukum dan menghukum siapa saja orang yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut sangatlah penting. Agar kemudian setiap orang tidak mudah untuk saling caci-maki, apalagi menyamakan manusia dengan binatang, karena manusia adalah mahluk yang paling sempurna. Dan Kemulian manusia bukan karena suku, bangsa, keturunan melainkan karena dia memiliki jiwa yang semprna dan paripurna yakni Taqwa. (*)
Komentar
Posting Komentar