Ketua DCK, Diaz Zeno: 'Bupati Dimohon tidak Mengeluarkan Kebijakan yang Merugikan Pelaku Seni Budaya'
Laporan wartawan newsletterjabar.com: Layla
GARUT, NEWSLETTERJABAR.COM--Menghadapi pandemi, pola dan daya adaptasi menjadi kunci untuk para pelaku seni dan industri kreatif untuk mampu bertahan. Diperlukan strategi baru, serta protokol baru dalam berkegiatan selama pandemi.
Disrupsi ini telah memaksa semua pihak untuk berpikir berbagai alternatif solusi dalam menghadapi perubahan. Harapannya, ada strategi bersama yang disusun para praktisi maupun pelaku di lapangan bermanfaat bagi pelaku seni dan industri kreatif.
Demikian disampaikan Ketua Diamont City Keyboardist, Diaz Zeno, dalam keterangan tertulisnya kepada newsletterjabar.com.
Dikatakan Diaz, selama hampir satu tahun pandemi, pemerintah khususnya Bupati melalui Disparbud dimohon untuk mengeluarkan kebijakan yang tidak merugikan pihaknya sebagai pelaku seni dan budaya.
"Karena kami benar-benar merasakan dampak dari kebijakan Pemkab Garut, salah satunya yang melarang untuk melakukan resepsi pernikahan," kata Diaz. Rabu (27/01/2021)
Disebutkan Diaz, pihaknya telah beberapa kali melakukan audiensi dengan Kadisparbud dan akhirnya menemukan titik temu untuk melakukan resepsi sesuai protokol kesehatan.
"Dan kami sudah turut andil melakukan himbauan kepada seluruh pelaku seni dan client-client kami. Agar saat resepsi menerapkan kebijakan-kebijakan tersebut," jelas Diaz.
Di antaranya, papar Diaz, pembatasan tamu undangan; di meja penerimaan tamu disediakan tempat cuci tangan; tanda terima kasihnya diganti dengan masker dan kaos tangan plastik; dan lainnya.
"Ya memang kami menerima beberapa bantuan dari pemerintah tapi tetap tidak menutup kerugian kami sebagai pelaku seni," aku Diaz.
Ditandaskan Diaz, hanya sebagian dari pihaknya yang mempunyai pekerjaan tetap dan sebagai seniman hanya sampingan.
"Tapi sebagian besar dari kami hanya mengandalkan dari hasil kami pentas. Harapanya mudah-mudahan ada kebijakan yang juga tidak merugikan untuk kami. Mudah-mudahan pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tetap bisa menjalankan resepsi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan," papar Diaz.
Dan pihaknya, tegas Diaz, siap untuk disidak dan juga dibubarkan bahkan dikenakan sangsi jika pada saat resepsi pernikahan tidak menerapkan protokol kesehatan tersebut.
"Selain berdampak terhadap geliat wadah-wadah ekspresi masyarakat, kegiatan kebudayaan dan ekonomi kreatif yang melamban berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi secara umum," ungkap Diaz.
Sementara, pada kesempatan lain, salah seorang anggota DCK, Depi Nugraha, menuturkan, memobilisasi sumber daya semuanya diprediksi akan memengaruhi ekosistem baru pasca-pandemi. Terbatasnya ruang berkumpul dalam jumlah besar di ruang fisik mengakibatkan rendahnya rasa memiliki dan keterikatan antar-komunitas.
Diakui Depi, pandemi virus corona ini sangat berdampak pada semua aspek kehidupan, termasuk para seniman yang notabene tidak memiliki gaji tetap dan hanya mengandalkan hidup dari jasa berkeseniannya.
"Saya sering berkomunikasi dengan para pelaku seni yang jadwal kegiatannya dibatalkan karena adanya wabah ini. Kenyataannya memang banyak mengeluh sejak kasus corona merebak, apalagi tentang pertunjukan. Dampak corona terhadap ekonomi bagi seniman memang sangat dirasakan sekali," ungkap Depi.
Tentu, sambung Depi, masih banyak lagi seniman dan pelaku seni lainnya yang mengalami nasib serupa.
"Mereka semua rata-rata kesulitan dalam berkarya dan mencari nafkah. Kalau tidak ada perhatian dari pemerintah, tentu hal ini bisa membuat mereka tidak berdaya," tutur Depi.
Sejauh itu, sebut Depi, setiap ada kesulitan, pasti ada jalan keluarnya.
"Asal kita mau berusaha dan bekerja keras, serta tidak berdiam diri saja. Oleh sebab itu para seniman harus mau berpikir kreatif dan inovatif. Tentu kami membutuhkan perhatian dari pemerintah karna tidak semua pelaku seni mampu mengatasi masalah kehidupannya. Banyak pelaku seni yang terpuruk dan tak berdaya sehingga mereka perlu dibantu oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah," jelas Depi Nugraha memungkas. (ed. Toni Gempur)
Komentar
Posting Komentar